Liputan6.com, Beijing - Di tengah hiruk-pikuk jalanan di China, seorang tukang sepatu tanpa kaki mencuri perhatian publik. Bukan karena keterbatasan fisiknya, melainkan karena kefasihannya berbahasa Inggris dan mimpinya yang luar biasa: berpidato di Universitas Harvard.
Dia adalah Huang Huaquan, pria berusia 44 tahun dari desa kecil di Heyuan, Provinsi Guangdong, Tiongkok selatan. Hidupnya berubah drastis saat ia baru berusia enam tahun. Sebuah truk menabraknya di pasar desa, memaksanya kehilangan kedua kakinya. Sejak itu, ia harus berhenti sekolah setelah menamatkan pendidikan dasar.
Baca Juga
Namun semangat belajar Huang tak pernah padam. Ia jatuh cinta pada bahasa Inggris sejak kecil. Tanpa guru dan tanpa fasilitas memadai, ia belajar secara otodidak dari buku bekas teman-teman, kaset tua, dan siaran radio. Ketekunannya membuahkan hasil. Ia kini berbicara bahasa Inggris dengan lancar, dan bahkan telah menulis buku serta mengajar melalui kursus video yang dibuatnya sendiri.
Advertisement
"Saya sering diejek tetangga karena belajar bahasa Inggris. Tapi saya tidak peduli," ujar Huang. "Apa yang tidak membunuhku, membuatku lebih kuat. Itu gambaran hidup saya," dikutip dari SCMP, Senin (1/6/2025).
Huang juga pernah menjadi atlet angkat beban difabel, bahkan menyabet medali emas di ajang olahraga penyandang disabilitas tingkat provinsi. Dalam sembilan tahun terakhir, ia mencari nafkah dengan memperbaiki sepatu dan payung di pinggir jalan. Dari hasil kerjanya, ia berhasil membeli mobil dan sebuah apartemen kecil. Prestasi yang luar biasa bagi seseorang dengan keterbatasan fisik dan latar belakang ekonomi yang sederhana.
"Bagi orang yang sehat, banyak hal bisa dilakukan dengan mudah. Tapi bagi saya, semua butuh usaha dua kali lipat. Meski begitu, saya yakin bisa, karena saya masih punya tangan," kata Huang.
Impian terbesar Huang adalah suatu hari bisa berpidato di Harvard. Ia ingin berbagi cerita tentang bagaimana seseorang dari latar belakang sederhana, dengan tekad dan kerja keras, bisa bangkit dan menemukan secercah harapan.
"Jika kisah hidup saya bisa memberi kekuatan pada satu orang saja, saya akan terus berusaha untuk menceritakannya," ungkap Huang.
Â
Ratusan mahasiswa Harvard menggelar aksi protes menentang kebijakan dan pernyataan Presiden Donald Trump yang dinilai rasis dan anti-kebebasan akademik.
Kisah Inspiratif
Kisah inspiratifnya sampai ke telinga Asosiasi Alumni Harvard di Beijing. Xu Liang, ketua asosiasi, mengaku terkesan dengan semangat dan keteguhan hati Huang. Ia bahkan tengah menjajaki kemungkinan agar Huang bisa berbicara di Harvard atau di hadapan ratusan alumni di ibu kota Tiongkok.
"Saya benar-benar mengagumi semangat pantang menyerah Huang dalam mengejar impiannya," kata Xu dalam sebuah video.
Kini Huang masih hidup sendiri, tetapi ia juga menyimpan impian untuk membangun keluarga.
"Saya ingin menikah dan punya anak," katanya. "Sebagai penyandang disabilitas, hidup memang berat. Tapi saya tahu saya harus bekerja lebih keras, menjadi cukup kuat dan mandiri, agar bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga saya kelak."
Kisah Huang Huaquan adalah pengingat bahwa keterbatasan fisik tidak harus membatasi impian. Sebab kadang, kekuatan terbesar manusia justru muncul dari tempat yang paling tak terduga.
Advertisement